Dua lelaki tercintaku mulanya heran dengan rencanaku mengajak Iqbal ke bank Senin pagi ini.
“Tumben”, kata ayah.
“Mending main di luar,” tolak Iqbal.“Iqbal harus punya wawasan nyata soal bank, nggak sekedar tahu dari buku pelajaran. Ada kan di buku IPS kelas 3 ini?”. Tentu saja aku sudah menyiapkan alasan. Iqbal maupun ayah tak perlu tahu alasan yang sebenarnya. Merka berdua akhirnya mengangguk.
Ini hari pertama liburan sekolah setelah Sabtu lalu rapot dibagikan. Jaman sekarang sudah tidak ada istilah rapot kebakaran karena semua nilai ditulis seewarna, tapi wajahku yang terbakar! Nilai Iqbal anjlok drastis. Sebabnya tentu bisa ditelusuri. Dia terlalu sibuk main bola. Jadwal turnamen di sekolah bolanya makin padat. Belum lagi kalau ada pertandingan antar klub daerah, Iqbal tak mau ketinggalan nonton bareng saudara-saudaranya. Mau bagaimana lagi, ayah mendukung. Bola sudah menjadi dunia Iqbal. Sampai rumah, bisa ditebak, Iqbal sudah terlalu lelah dan tak punya daya untuk belajar. Aku memang tak mau terlalu menekan Iqbal untuk masalah pendidikan, tapi kalau niainya sampai turun drastis seperti ini, tak boleh terulang semester depan. Iqbal punya potensi untuk menjadi juara kelas.
***
“ Tuh liat, mas-mas yang di sana cakep-cakep,” aku menunjuk beberapa bankir. “Enak ya kerja di sana, duduk manis, nyaman, tempatnya bersih, nggak perlu lari-lari panas-panasan kayak pemain bola di lapangan. Keringeten dan capek kan Nak.”
“Um… tapi bayaranku besok berkali-kali lipat lebih banyak dari mereka,” aku tak menyangka dengan jawaban Iqbal. Suka nonton berita bola bareng ayah juga sih, keluhku dalam hati.
“Iya bener, itu kalau kamu masih muda. Kalau udah tua hayoo, mau gimana? Banyak lho nasib mantan atlet menggenaskan, mudah dilupakan dan jatuh miskin.”
“ Besok ya Bunda, masa muda Iqbal jadi pemain bola. Kalau udah pensiun, Iqbal mau jadi kayak ayah, kerja di rumah dan banyak bangun mesjid,” Iqbal berkata sambil menyimak iklan dari layar televisi di pojok lobi bank.
Magelang, April 2010
*dapat cerita dari seorang wali murid, berterima kasih banyak pada beliau, jadi bahan buat belajar nulis FF ini
**gambar hasil googling
Bola, hehe ini kayak adik saya mbak. Dimanapun tempatnya yg diomongin cuma bola dan bola Tiap sore pun sukanya maen bola saja hehe
Ku save dulu ya, buka pakai hp…agak panjang bacanya 😉
korban piala dunia 2010semoga menjadi nyata
@miftamifta:sma kyk siswa saya itu, maniak bgt,ayahnya ndukung bgt.dia jga jago main.smga adiknya bsa jd bintang lapangan 🙂
@amarylli:silakan Mary…ksh masukan ya 🙂
@to563:amin. . .trims. Kalo dia ga skdar korban piala dunia sebab dr kecil emang sudah menekuni dunia itu 🙂
Sejauh ini wajar orang tua mengkhawatirkan masa depan anak yang terjun di dunia olahragabanyak atlet kita yang telah berjasa membawa nama negara di pentas dunia; dilupakan begitu saja oleh negara 😦
@mimpidanasa:betul begitu,bnyk trjadi ya. . .,tak ada salahnya punya mimpi di dunia olahraga dg dibarengi cita2 atau usaha yg ‘lebih menjanjikan’ 🙂
Nice.
Terima kasih ^^
kukira anaknya yang nulis hehehehehe
hihi… ada2 saja kau ini 🙂