Disebabkan oleh berita tertabraknya kereta api Senja Utama oleh kereta Argo Anggrek di Pemalang dini hari tadi, senja ini tiba-tiba saya teringat sebuah cerpen Seno Gumira Ajidarma berjudul “Tujuan: Negeri Senja”. Cerpen yang ditulis SGA pada tahun 1998 itu pertama kali saya baca dari buku Kumpulan Cerpen Kompas.
Ke-36 korban tewas dalam tragedi itu (semoga tidak bertambah) seperti penumpang kereta senja rekaan SGA yang tak pernah kembali. Bedanya, para korban itu barangkali tak pernah menduga ketika berdiri di stasiun, bahwa kereta Senja Utama yang ditumpanginya akan membawa mereka ke ‘tujuan negeri senja’ yang abadi. Sedangkan dalam cerpen SGA, para penumpang kereta jurusan Negeri Senja dari stasiun Tugu Yogyakarta sudah siap untuk tidak kembali. Mereka tidak dipungut biaya tiket, hanya perlu tanda tangan persetujuan untuk tidak kembali. Tak ayal, tidak banyak penumpang yang berminat dibawa kereta warna perak yang datang dari arah Kali Code, kereta yang dalamya terlihat seperti negeri dongeng. Paling banter hanya 5 atau 6 orang yang datang ke loket khusus. Orang-orang yang berangkat selalu tersenyum bahagia meskipun yang mengantar banyak yang menangis. Mereka datang dengan tenang menuju loket khusus, tanda tangan, lantas duduk tenang di peron khusus pula. Tidak ada yang tahu seperti apa Negeri Senja itu. Tidak ada yang bisa menyelidikinya kecuali memang bersedia untuk pergi selamanya. Mau bertanya pada calon penumpang kenapa memilih kereta jurusan itu? Lagi-lagi harus siap tak kembali sebab peron dibuat khusus calon penumpang kereta itu. Orang-orang hanya bisa memandangnya.
Kita sebagai seorang yang sedang berdiri di sebuah stasiun kehidupan, yang senantiasa melakukan perjalanan, apakah kita siap seperti para penumpang kereta “Tujuan Negeri Senja” ataukah seperti penumpang kereta Senja Utama yang barangkali tak siap dan tak tahu bahwa kereta itu membawa mereka pergi untuk tidak pernah kembali?
Tuing tuing,lgi2 kburu dipublish ga bsa diedit pke hp π¦
Penulis, kadang tidak sedar dengan rekaan imajinasinya. Saya yakin, Seno tak pernah berharap cerpennya menjadi kenyataan. Tapi, kok yah ada nyatanya menjadi kecelakaan π¦
Bener Naz, td kepikiran itu… Turut berduka untuk mereka. Semoga para korban itu seperti penumpang tujuan Negeri Senja…
Maaf, jadi cucol…Saya pernah bikin cerpen, “Serpihan-Serpihan Kasih” saya sebetulnya ambil dari kisah nyata, bedanya alurnya saya majukan. tentang seorang TKW, yang menikah dengan orang Malaysia. Nikahnya di Indonesia sah, cuma di Malaysia gak didaftarkan. Karena ia istri kesekian. Pas dia hamil, n melahirkan surat kelahiran anak tersebut bukan nama TKW berkenaan. Tapi istri tuanya. Inti tema ceritanya githu.terus aku bikin alur maju. Suatu ketika ayahnya meninggal, yang anaknya dalam kebingungan status kewarganegaraannya. One day, aku betul2 denger kalau suami TKW itu meninggal, hiks… sampe nangis sendiri π¦
siap tidak siap negeri senja itu sedang menanti kita :)semoga jika saat itu datang kita sudah menyiapkan bekal yang cukup π
@anazkia:menarik sekali cerpenmu, ada di postingan gak tuh?misteri, seringkali lintasan2 pikiran qt ‘terkabul’ atau trjadi ya…Trz nasib si anak gmna skrg?@ayanapunya: amin. . .harapan itu mg2 slalu qt ingat,biar rajin nyiapin bekal π
Ada. Tapi aku belum edit. Soalnya bahasanya amsih kacau, campur melayu dan Indonesia. pernah aku posting di kompasiana juga.Kemarin lebaran aku sempet ketemu. Sama Emaknya dia datang. Belum tahu juga, soalnya dia masih kecil. Nunggu umur 18 tahun untuk bebas memilih kewarganegaraan
MasyaAllah.
kenapa saya jadi merinding begini ya?…
kok tabrakan? su tertabrak aa…selama masih monorel dan belum ada pelebaran rel, emang ada? masih akan terulang. kenapa tidak belajar dari setiap tragedi.?
Aqu masih berduka mBak’e…..Tohirin, rekan kerja yang ternyata sedari pagi handling as a trainer about sanitasi n higienis, pulang jam setengah delapan malem langsung menuju Sta. Senin dan motornya pun sampai dengan saat ini masih tertambat di parkiran kantor…. hemm…. sekarang beneran pulang yang nggak butuh lagi motor…..
koyo cerita hantu, kikikiki
iya serem beritanya di tipi itu….kasian banged tragiskereta senja yah…ok persiapan menjemput hari akhir yah indah :Doya ganti lg themes…
Ikut berduka cita buat para korbaSemoga kita selalu siap kemanapun perjalanan yang akan ditempuh
gak papa dibuat campur Melayu, biar setting lokalnya makin kuat…. aku pengen baca… :)hub keluarga baik semua kan?
jadi banyak istighfar juga…
emang ngeri ya mbak…. ngebayangin orang2 yang terjepit… masya Allah…
iya… makasih… udah tak edit… π salam kenalharusnya begitu… tapi berbagai peristiwa kayaknya setelah berlalu berlalu aja… cepat lupa kali kalo menyangkut urusan rakyat…
ya Allah, deket banget sama mas Trie ya… ikut berduka juga mas….
ihhhh… medeni tenan mbakyu…
belum nemu theme yang pas… hehehe…tragis… tapi moga mereka ke Negeri Senja dengan senyum… amin…
amin…. π