Tahun ini, tepatnya 11 April 2011 kota Magelang memperingati hari jadi ke-1105. Sudah begitu tua, pantaslah jika digelar berbagai perayaan bertajuk Magelang Kota Toea. Serangkaian perayaan itu digelar selama sebulan dengan puncak acara 11 April lalu. Saya hanya berkesempatan menjadi saksi untuk acara pameran yang digelar di alun-alun kota Magelang pada Ahad, 17 April. Berbagai stand yang berderet di alun-alun sisi barat itu menampilkan foto-foto Magelang tempoe doloe dan benda-benda purba yang ada di Magelang dan sekitarnya.
Dari foto-foto yang dipasang di anyaman bambu atau biasa disebut gedheg, kita bisa merunut jejak tua Magelang, tidak saja terbatas di kota namun gambaran kabupaten Magelang pun bisa ditemukan dalam foto-foto itu, seperti Borobudur, Muntilan, Kali Bening—Payaman–. Gambar kota Magelang yang paling tua saya temukan berangka tahun 1905 yaitu stasiun pasar Magelang. Nama-nama yang tertera banyak yang menggunakan bahasa Belanda. Untuk nama jalan dan tempat, telah terjadi tiga kali pergantian yaitu tahun 1935, 1950, dan 2000. Ada yang menurut saya patut di sayangkangkan dari pergantian nama itu, nama-nama yang Magelang banget hilang sepert Aloon2 Lor, Aloon2 Kulon, dan Aloon2 Kidul menjadi Alun-alun utara, barat dan selatan di tahun 2000. Mungkin untuk menasionalisasikan nama-nama tempat di Magelang ya…
Foto-foto itu memberikan gambaran tentang tata kota Magelang yang dirancang oleh arsitek berkebangsaan Belanda, Karsten. Saya salut membaca biografinya yang terpampang di salah satu stand. Seperti Max Havelaar, ia begitu mencintai dan pro pribumi. Berbeda dengan orang Belanda waktu itu yang banyak mengambil gadis pribumi sebagai gundik, Kersten menikahi gadis pribumi yang dicintainya, Soembinah Mangunredjo dari Wonosobo. Pernikahan mereka berlangsung di sebuah masjid di Ungaran. Mereka menikah secara Islam sebab Karsten menjadi seorang mualaf. Karya-karya Karsten di Indonesia berorientasi kerakyatan dan berjiwa Tropis. Selain Magelang, rancangan peninggalannya adalah Kebayoran Lama di Jakarta, Candi Baru Semarang, jalan Ijen Malang yang terkenal dengan kawasan Boulevard, dan kawasan di Bandung.
Ada puluhan foto yang terpajang, namun karena saya belum mampu mengambil gambar dengan piawai maka hanya beberapa gambar saja yang saya jepret dengan hp. Foto yang dilaminating menjadikan beberapa gambar memantul saat difoto sehingga buram.
Berikut foto-foto yang berhasil saya ambil.
Sekolah
Beberapa dari sekolah di bawah ini masih hidup bahkan menjadi sekolah favorit di kota Magelang seperti SMP N 1 Magelang dan SMP Tarakanita. Sekolah kejuruan ternyata ada juga yang sudah berumur sangat tua, ialah SMK Wiyasa.
Tempat Hiburan
Ada dua bioskop di Magelang jaman dulu. Keduanya kini sudah tidak beroperasi. Satu bioskop masih sering saya lihat sisa jejaknya: Bioskop Kresna Pecinan. Bioskop itu ada di tepi perempatan dekat alun-alun kota Magelang. Bioskop satunya, wah namanya mengingatkan pada sebuah istana di Spanyol pada masa kejayaan Islam di sana, Alhambra,hemmm... baru tahu kalau jaman dulu ada bioskop itu.
Pabrik
Jaman dulu ternyata Magelang menjadi penghasil tembakau bahkan ada pabrik rokok dan cerutu.
Warna-Warni Magelang
Ada yang menarik di sini, yaitu keberadaan kios buku. Sewaktu melihat foto itu, angan saya langsung melayang pada Yogyakarta yang sekarang punya shopping centre untuk buku-buku. Di sinikah dulu warga Magelang bisa mendapatkan buku-buku?
Yang ini adalah bus yang mengantar orang dari Magelang ke Yogya. Namanya bus, tapi bentuknya kayak mobil Jeep.
Yang ini bukit Tidar. Kok gundul ya? Malahan asri bukit Tidar jaman sekarang.
Seorang presiden mengungi kota Magelang tentu peristiwa besar. Saya jadi ingat cerita bapak saat Presiden Soekarno berkunjung, bapak bisa berhadapan dengan beliau. Apakah dalam moment yang sama dengan ketika foto ini ketika diambil?
Selesai melihat deretan foto purba, berikutnya adalah berkeliling dari stand ke stand. Ada banyak benda-benja jadoel saya temukan, dari mainan anak-anak seperti wayang-wayangan kecil, jam beker, atlas, uang logam kuno, sepeda, motor, bahkan keris.
Yang menarik adalah di stand Dev’s Antiques yang punya jargon inilah djejak waktoe. Di sana saya bisa melihat berbagai poster film dan iklan jaman dahulu, ada iklan pasta gigi, bir, blue band, dan iklan-iklan dan poster yang tidak saya mengerti.
Stand ini juga menyediakan sebuah alat bernama stereoskop. Alat yang dipakai untuk meliahat dua foto kembar menjadi satu foto 3 dimensi. Asyik.
Di stand ini ada sepeda kuno yang tergantung di langit-langit.
Sepeda, banyak sekali sepeda yang saya temukan di alun-alun. Ada juga miniatur sepeda dari bambu yang dipasang di stand kios Madjoe. Kios itu menyediakan benda-benda dari bambu, sebagian besar anyaman. Namun ada juga buah seperti buah mojo yang dikeringkan.
Sayang Anak… Sayang Anak…
Berbagai mainan tradisional dijajakan di pameran itu, ada layang-layang, gangsing dan pong-pongan yang cangkangnya dicat warna-warni.
Mau permen jaman dulu juga ada, gulali yang bentuknya macam-macam. Ada bentuk bunga yang bahannya,glukosa, dijewer-jewer kemudian dibentuk dilengkungkan serupa bunga. Untuk bentuk bentuk lain seperti bentuk binatang ada cetakan yang terbuat dari bahan seperti batu.
Mencicipi Kuliner Tradisional
Puas berkeliling dan capek, saya sempatkan mampir di satu stand yang menjajakan berbagai makanan dan minuman jadoel. Ada sekoel lesah daging sapi, sego megono, wedang badjigoer, wedang kajoe setjang, dawet, batjeman dan aneka njamikan seperti karang gesing, pethotan, pisang godhong, sengkolon, dan aneka makanan yang dibuntel daun. Saya tertarik mencoba wedang kajoe setjang dan sengkolon merah putih, makanan yang lain sudah tidak asing di lidah saya. Wedang hangat itu rasanya nikmat dan wangii…. khas banget rasanya. Nikmat sekali menyeruputnya sembari menyimak langgam keroncong sebagai backsound, ditingkahi bunyi mainan anak yang dijajakan. Karena dicampur dengan rempah-rempah seperti cengkeh dan kayumanis jadi hangat. Aroma kayumanisnya terasa sekali. Pokoknya sedap dan manteblah!
Mantabs… di malang juga ada malang tempoe dulu.. ke 6 sekarang hehehe
huwaaa…..happy birthday magelaaaaannngggg….di kanan gunung di kiri gunung, di tengah-tengah puuunnn gunuuuuunnngggg….
@moestoain:sudah berapa tahun Malang tahun ini?@dekmaniezt:nha, itu salah satu yg bikin cintaaa sama magelang tercinta :))salam kenal. . . ^^
seru.↲kalo moto begitu, blitznya matikan. Smoga sukses.
masih tua magelang kayaknya tapi tidak tahu juga..
Lhah, kan memang hpnya ‘blum’ ada blitznya Bang :D. Mg2 sgra dapet yg ad blitznya,amin. . . makasih, belajar2 dulu… :)Iya seruu. . .sayang cuma ngikuti acara sehari itu…
@tiarrahman:Lhah, kan memang hpnya ‘blum’ ada blitznya Bang :D. Mg2 sgra dapet yg ad blitznya,amin. . . makasih, belajar2 dulu… :)Iya seruu. . .sayang cuma ngikuti acara sehari itu…
@moestoain:wah, mus ki wong Malang kok ndak tahu? 😀
Ini sesuai yang mus ingat ya.. kalau tidak salah.. sekarang 97.
Baru 97 mus? Belum begitu tua ya dibanding Surabaya misalnya yg juga tuaaaa sekalii. . .
wah udah tua banget ya? surabaya aja barusan …. mmm 700 sekian tahun… hehe lupa tepatnya
seruww mbakmotor ma sepedahnya lucungiler waktu bc bagian kuliner
dingin di magelang*sentrupppp*
Karena dulu yang terkenal bukan malang.. yang terkenal adalah Singosari.. Kalau singosari sudah ulang tahun lebih tua dari magelang mus kira. Jadi Malang baru disebut malang pada 97 tahun yg lalu.
Terlihat pin-pintu masuk bukit?.Mang da bi-bilik di dalam?.
ada banyak sepeda-sepeda lucu, tapi capek mau diuplod, capek le geser2, hehehe…kuliner yang sering kita temui kalau ada acara2 besar itu…
purba, hehehe… Surabaya juga terkenal dengan kota tua juga ya..
tapi di kotanya panas kalo siang…. kalo ditempat saya dingin mbak, di Grabag…
iya singosari bakalnya kota Malang yak…
gak ada bilik, tapi memang ada bebrapa ‘pintu’ masuk untuk mendaki… baru sekali ke sana…
pingin coba stereoskop…suka yg 3d 3d ya
pingin yg sepeda kayu….unik bangeds…bny kebudayaaannya yah
serba menarik… jadi pengen semua…. :)) di kota2 lain pun pasti punya yang unik2…