Torey Heyden, Pertama Mengenalnya…

Mereka Bukan Anakku mengisahkan pengalaman Torey Heyden, seorang ahli psikologi anak dalam menangani empat siswa bermasalah di kelas pendampingan. Siswa pertama adalah Lori, gadis cilik yang menderita kerusakan otak akibat penyiksaan yang diterima dari orang tuanya. Lori mengalami kesulitan membaca yang sangat parah. Beruntung ia dan saudara kembarnya kemudian mendapatkan orang tua angkat yang sangat baik. Kedua, Boo, laki-laki kecil keturunan negro, penderita Autis. Selain mengalami kesulitan berbicara Boo suka berputar-putar di kelas sembari melepas pakaian yang dikenakannya selapis demi selapis. Siswa ketiga ialah Tomaso, siswa super brutal akibat kekerasan kedua orang tua yang sering dilihatnya. Ayahnya meninggal secara mengenaskan di depan matanya. Kematian ayahnya membawa Tomaso berpindah dari satu keluarga ke keluarga lain. Malangnya, Tomaso tak pernah mendapatkan keteduhan dari keluarga yang mengasuhnya. Ia tak pernah memiliki figur seorang ayah. Dampaknya begitu luar biasa, Tomaso hidup dalam imaji bahwa ayahnya masih ada.Siswa terakhir adalah Claudia, gadis 12 tahun yang hamil di luar nikah. Permasalahan tentu akan muncul ketika ia melahirkan bayinya.
Teramat rumit menghadapi empat siswa bermasalah itu, namun karena sudah menjadi bagian dari hidup Torey, dia curahkan segenap dirinya untuk anak-anak itu. Berbagai konflik dengan keempat anak itu, sesama guru, maupun dengan kekasihnya menjadi keseharian Torey. Dia kerap bertengkar denga kekasihnya, Joc, karena menurut Joc hidup Torey terlalu dibayangi anak-anak. Begitu lekat dunia anak didik dengan hidupnya hingga konflik dengan Joc berakhir dengan perpisahan.

Mata saya terbuka membaca novel itu, saya yang sering mengeluh menghadapi anak-anak banyak belajar dari Torey: bahwa memang seperti itulah dunia pendidikan anak dengan segala corak persoalannya. Pengalamanku tak ada apa-apanya dibanding pengalaman Torey, begitu pikir saya selalu sepanjang baca. Beragam konflik batin sebagai seorang pendidik saya temukan dalam buku ini, begitu dekat dengan dunia yang sedang saya hadapi. Dari Torey saya banyak bercermin dan berusaha menguatkan diri, menemukan saya dan dunia saya. Saya suka novel ini. Komentar saya setelah membaca: kenapa saya baru kenal Torey sekarang? SEbelumnya saya baru sekedar kenal nama dan nove-novenya yang bertebaran di toko buku seperti Sheila.

foto dari google

14 pemikiran pada “Torey Heyden, Pertama Mengenalnya…

  1. nurhidbisasenyum said: aku pernah baca novelnya Torey, tapi lupa judulnya, berkisar ini juga ceritanya…huwaaaalali pancen ga ada tandingannya..*sunggung terlalu..:(

    Yani: hu um..inspiratif banget, kadang ngiri..kok di tempat kita beda banget ya pendidikannya?jadi pengen studi banding ke LN, mengadopsi model pendidikan usia anak-anaknya hihihi…

Tinggalkan Balasan ke boemisayekti Batalkan balasan