Saya merasakan, ketika masih lajang, ketika jalan kaki masih menjadi rutinitas saya, pulang pergi ke sekolah, badan terasa segar, kencang dan tidak mudah sakit. Terbiasa berjalan kaki membuat tubuh tidak mudah capek berjalan jauh. Rasanya enjoy saja ketika traveling harus berjalan kaki berpanas-panas ria.
Masa berganti. Setelah menikah, intensitas berjalan kaki menjadi berkurang. Ada suami yang bisa mengantar jemput dengan motor. Pulang pergi ke sekolah naik angkot karena tempat tinggal ikut suami. Rute jalan kaki berkurang, hanya dari tepi jalan turun angkot sampai sekolah yang jaraknya tak seberapa. Pulang sekolah, melewati jalan kampung dari jalan raya sudah ada suami yang stand by menunggu :D. Ketika hamil, saya merasakan benar manfaat berjalan kaki. Karena sudah terbiasa dengan aktivitas berjalan kaki di keseharian saya sebelumnya, ringan rasanya langkah kaki meski perut terus membuncit. Tubuh tak gampang capek. Alhamdulillah, selama hamil saya sehat sepanjang waktu. Hingga H-1 melahirkan saya masih berangkat kerja dengan angkot [ putri saya lahir lebih cepat dari HPL].
Waktu luang menjadi hal yang langka buat saya setelah melahirkan. Rutinitas pekerjaan ditambah kesibukan momong buah hati sudah sangat menyita waktu. Aktivitas berolahraga menjadi hal yang sangat saya rindukan. Saya kangen saat-saat bisa berolahraga dan tentu saja…. kangen tubuh saya yang dulu… heehe.
Balakangan saya berpikir, bagaimana tubuh mau segar kalau jalan kaki aja jarang. Kemana-mana mboncang motor. Jalan dikit saja rasanya ngos-ngosan. Kemudian saya teringat orang-orang di sekitar saya yang dalam keseharian kurang bergerak karena sudah dimanjakan dengan teknologi. Kemana-mana dengan kendaraan. Penyakit rentan datang. Lalu ada teman yang mengalami kesulitan bersalin karena minimnya aktivitas bergerak.
Pilihan ada di tangan, pengen sehat, fit, atau gampang sakit? Saya harus merubah rutinitas aktivitas keseharian. Saya punya kesempatan untuk berjalan kaki tapi selama ini kesempatan itu saya lewatkan karena keenakan fasilitas mbonceng suami :D. Jika di suatu siang saya pulang ke rumah jalan, orang rumah pasti tanya, kok nggak dijemput? beneran, lama-lama manja deh.
Maka, kemarin saya bilang suami, sekarang saya pengen jalan kaki saja pulang kerja seturun dari angkot. Sekali-kali minta jemput kalau kondisi tak memungkinkan untuk melenggang santai. Menikmati jalan kaki itu mengasyikkan, kalau dulu saya suka menyaksikan kesibukan jalan raya dijam-jam sibuk, manusia dengan segala style-nya, kemudian langit pagi yang bening, matahari yang hangat, sekarang saya bisa menikmati langit, parit, dan sawah dengan nyanyian para penghuninya yang menjadi back sound. Kalaupun hari hujan, berkecipuk dibingkai hujan juga nikmat bila diresapi sembari jalan.
#gambar dari google
aku senang jalan kaki, tapi kadang gak praktis.
jadi aku lebih senang naik sepedah, terutama sabtu menuju rawa lumbu untuk kuliah.
ya, jalan kaki mungkin untuk jarak yang dekat-dekat saja ya…
saya juga sudah pengen banget bersepeda, tapi belum punya sepedanya, hehehe… di rumah ada sepeda onthel, tapi saya nggak bisa makainya…
beli dunk…
nabung dulu nih….
plus doa..
tentu… berdoa dapat rejeki banyak yang berkah, :))
yup.. insya Allah..
hai Yani, apa kabar?? akhirnya posting juga 🙂
kabar baik Laras…. iyaa… postingan pertama di WP… saking pengen posting,aku nulis di sekolah ini, di sela-sela ngajar…. Laras mana postingannya?
halah kamu ini, klu mau baca postinganku yah masuklah ke blog ku hehehe
oke, ntar aku main ke sana ya:)