Laki-laki di sekolah baru kami itu terlihat begitu belia dan berbeda. Ia juga terbilang guru yang istimewa: seorang hafidz. Logat bicaranya terlihat mencolok di antara kami yang berbicara dengan logat Jawa yang khas. Dalam sesi perkenalan guru, kepala sekolah memperkenalkan, ia seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Madinah. Lalu bagaimana ceritanya, ia sampai berada di desa kami dan membantu mengajar Al-Quran di sekolah kami yang masih baru?
Mengalirlah cerita dari rekan saya, yang paham betul dengan sepenggal kisah hidupnya, berkat cerita-juga-dari buliknya.
Pada musim haji, laki-laki yang masih tercatat sebagi mahasiswa itu bergabung dengan tenaga musiman yang mendampingi para jamaah haji. Di satu musim haji, jalan hidupnya berubah ketika ada seorang perempuan membuat pandangannya tak mau beralih darinya. Perempuan itu, bukan dari kelompok yang didampinginya, melainkan kelompok temannya. Singkat cerita, pulanglah ia ke Jawa Barat, tanah kelahirannya, untuk membawa keluarganya menemui keluarga perempuan yang membuatnya jatuh cinta.
Berlangsunglah pernikahan yang membuat orang terkagum-kagum. Kenapa? Saya terbelalak mendengar rentang usia antara mahasiswa dan perempuan yang dalam kesehariannya bekerja sebagai seorang karyawan sebuah bank swasta di desa kami. Kami teringat dengan pernikahan pertama antara nabi Muhammad SAW dengan Khadijah yang bertaut usia 15 tahun. Demikianlah, pernikahan indah seperti itu tak hanya ada dalam kisah nabi. Sang mempelai laki-laki yang terlihat masih ‘unyu’ dan sang perempuan yang terlihat begitu matang, nyatanya tak menghalangi kebahagiaan mereka berdua. Ketika Sang Maha Cinta mendenyutkan nafas cinta kepada insan-insan yang tawakal padaNya, tidak ada yang tidak mungkin. Keajaiban cinta itu selalu ada.
Kerap muncul pertanyaan, “kapan Bapak kembali lagi ke Madinah untuk melanjutkan kuliah?”
Laki-laki itu dengan kalem menjawab,”entahlah, istri saya belum mau ditinggal.”
Kami yang mendengarnya pun tersenyum.
Tulisan ini diikutsertakan dalam quiz GA novel A Miracle of Touch
Saya ingin sekali mendapatkan novel A Miracle of Touch . Saya selalu tertarik dengan tulisan-tulisan, novel salah satunya, yang berlatar belakang budaya lokal yang kental. Bagaimana eksplorasi setting sosial India di Singapura membuat saya penasaran. Di tambah lagi, cover novel itu cantik sekali, manis kalo ikut mejeng di rak buku bersama buku-buku koleksi yang sudah ada.
Selain alasan di atas, alasan utama adalah….
Saya jarang membaca buku-buku—novel— yang belakangan muncul, kuper banget, belum kenal dengan penulis-penulis baru. Selama ini nama-nama penulis perempuan yang karyanya sudah familiar bagi saya adalah nama-nama seperti Asma Nadia, Helvy T R, Izzatul Jannah, Fira Basuki, Dewi Lestari, Ayu Utami, Linda Cristanty. Nama-nama penulis muda yang belakangan sering dibicarakan dan produktif menghasilkan karya seperti Riawani Elyta dan penulis-penulis ‘seangkatannya’ baru saya kenal sekedar nama. Satu karya Riawani yang menanti untuk saya baca hanya First Time in Beijing—menunggu antrian baca 2014—Itu sebabnya di WordPress, tahun 2014 besok pengen nyoba-nyoba ikutan Indonesian Romance Reading Challenge 2014, buat motivasi baca buku-buku Romance Indonesia. Nha, ikutan kuis ini, berharap dapet bukunya, selain nambah referensi novel-novel baru, juga biar dapat novelnya buat direviuw di Indonesian Romance Reading Challenge 2014 #resolusibaca2014
yah…. telat bacanya. jadi nggak bisa ikutan deh
BTW…. mbak dulu MPer juga kah?
ini juga nulisnya menjelang detlen… 😀
iya saya MPer mas Rifki 🙂
subhanallah… suka takjub sama kisah begini ini..love at first sight kan kesannya hanya ada di novel2 ya..? 🙂
bener mbak Dina, beliau itu bener2 ngalami dan ternyata kisah kayak di novel itu begitu dekat… ikut mendoakan kelanggengan mereka, amin 🙂