Pagi tadi sebagai pembuka pelajaran, seperti biasanya, saya memberikan dongeng. Saya memilih Kancil yang Baik oleh Clara Ng. Dongeng ini tidak saja apik ilustrasinya namun pesannya pun dapat. Clara Ng ingin meluruskan dongeng “Kancil Nyolong Timun” dan “Kancil dan Buaya” yang tidak mendidik. Dalam dongeng Kancil yang Baik, Kancil ingin membuktikan bahwa dirinya baik. Ini memberikan inspirasi pada anak-anak untuk berbuat baik, bukan berbuat licik dan curang meskipun cerdik seperti Kancil.
Selesai mendongeng, saya masuk ke materi. Kali ini adalah karmina. Anak-anak saya bagi kedalam kelompok 2—3 anak (karena jumlah ganjil) untuk belajar berbalas pantun.
Ada satu perempuan yang menolak kelompok yang saya bagi, “Nggak mau Bu, Mas S suka bandel dan usil, saya nggak mau!”
Si lelaki yang dikatakan bandel pun nggak terima dan marah. Ia juga menolak mau berkerja sama dengan si perempuan. Maka saya dekati si lelaki. Mestakung. Agaknya dongeng yang telah saya bacakan pas sekali dengan situasi itu. Saya katakan pada si bocah lelaki bahwa dia harus menunjukkan kalau dirinya tidak seperti yang dikatakan temannya. Seperti Kancil, dia bisa membuktikan kalau dirinya baik.
Saya juga besarkan hati meraka berdua, bahwa pemilihan kelompok itu tidak sembarangan. “Bu guru sudah pertimbangakan kenapa ada kelompok yang hanya bertiga dan kenapa ada yang hanya berdua, Bu Guru sudah mempertimbangkan berdasarkan kemampuan kalian dalam berpantun.”
Mereka berdua akhirnya berdamai. Ketika saya meminta kepada si bocah perempuan untuk meminta maaf karena mengatakan temannya bandel dan usil, dia dengan senang hati melakukannya. Alhamdulillah, pelajaran berjalan seru. Berikut saya kutipkan pantun berbalas antar dua kelompok.
Buah rambutan buah nanas
Jika memberi harus ikhlas
Buah apel buah kelapa
Jika ikhlas mendapat pahala
Buah apel buah mangga
Kita akan masuk surga
Kakak pergi ke Jakarta
Di surga akan hidup bahagia
Hewan serigala hewan naga
Senang sekali dapat masuk surga
Adik sedang bermain di taman kota
Di surga banyak sekali nikmatnya
Lampu itu ada di atas
Nikmat di surga tak terbatas
Di akhir pelajaran, ketika saya bilang dalam kegiatan selanjutnya kelompok akan diacak, si bocah lelaki tadi menolak, “jangan buuu…”. nah lho?! 😀
*foto hasil googling
😀
udah klop sama kelompoknya ya… makanya nggak mau pindah.
itu pantun kilat kan mbak? kalau pantun kan ada 4 baris satu baitnya *protes aja*
bener, udah keenekan….
iya, pantun kilat atau karmina, 2 baris bersajak a a… 🙂
dulu saya paling seneng sama pantun. sering bikin pantun dan syair. ke sininya kalau bikin puisi selalu terikat dengan rima 😀
sedikit atau banyak puisi lama memang berpengaruh ya…. enak didengar kalau puisi berima..
Hahaha. Ujung-ujungnya malah berteman kayaknya 😀
yah… paling tidak nggak saling ejek lagi…dan nggak saling meng’underestimate’ 😀
iya. hehe