Pram menyingkirkan kalender duduk 2013 di meja kerjanya. Kalender baru bernuansa black and white sudah bertengger menggantikan.
Resolusi…resolusi…kata itu yang selalu didengung-dengungkan di akhir tahun dan awal bulan ini.
“Kalau Pram sih pasti resolusinya satu, menikah!” seru sepupunya sembari tertawa dalam pertemuan keluarga tiga hari lalu.
“Apa sih Pram yang kau tunggu, kurang apa sih Kikan. Cantik, pinter, baik, pintar membawa diri, mapan. Tunggu apa lagi?” tanya buliknya.
Pram hanya tersenyum. Tidak semudah itu.
Resolusi. Tekad Pram sudah kuat. Kali ini dia menuliskan di daftar teratas. Menikah. Harus! Dia harus bergerak dari titik yang sekarang membuatnya jalan di tempat.
Ia menimbang-nimbang sebuah cincin di tangannya. Berkali-kali ia mengajak Kikan untuk membicarakan hal itu dengan kedua keluarga, namun Kikan selalu menolak. Belum siaplah, tunggu S2-nya selesai lah, karirnya sedang menanjak lah. Sederetan alasan yang membuat hubungan mereka stag. Dan mereka tetap bertahan. Pram tak mau kehilangan Kikan. Kikan tahu benar akan hal itu. Makanya Kikan tetap kukuh pada pendiriannya.
***
gambar pinjam dari sini
Malam ini Pram sudah rapi, cincin tak lupa dibawanya serta. Apapun yang terjadi, malam ini ia harus menemui kedua orang tua Kikan untuk secepatnya meresmikan hubungan mereka. Hati sudah ditata, siap menerima apapun jawaban dari Kikan.
“Pram, kenapa harus sekarang? Kita terlalu terburu-buru.” Lagi-lagi jawaban itu. Pram menghela nafas. Kemungkinan itu sudah diperhitungkannya.
“Ya, harus sekarang. Atau… kita…” Pram sudah lelah dengan tarik-ulur itu. Ia tak mau lagi bertele-tele. Ia sudah merasa lelah tanpa arah.
“Kenapa Pram?”
“Kita akhiri saja hubungan kita!” Beban berat itu menggelinding.
“Kita, putus? Maksud kamu? Kamu mau mutusin aku sekarang? Apa sih yang kurang dari aku buat kamu?” Kikan terlalu percaya diri untuk mengucapkannya. Ia tahu pasti, sebab Pram menganggap Kikan sudah sempurna untuknya.
“Hanya satu kekuranganmu, maaf” lirih, terdengar seperti bisikan. Dikuatkannya hatinya.
Kikan menunggu
“Komitmen,”Ujar Pram tegas.
*meminjam judul lagu Januari Glenn Fredly
**diikutkan dalam Monday FlashFiction Prompt #43: Let’s Move On
kalau nggak mau ya cari lagi yang lain, pram 😀
cariin dong, sudah pengen nikah tuh, hehehe..
sekarang … atau cinicinya untuk aku aja hehehe.
mau…? mungkin kau adalah seseorang yang dicari Pram 😀
Si Pram ga sabaran pengen nikah,,, sabar dong Pram 😀
kesabarannya sudah habis 😀
sini, pram. sama aku aja 😀
mauuuuu…cocok nih, sama2 sudah menemukan 😀
Sama aku aja Pram hahaha…. 😀
wah, ternyata yang mau sama Pram banyak nih 😀
Iya ngapain nungguin yang menunda-nunda ya…
betul sekali, maunya yang pasti-pasti aja…. :))
Biasanya malah si cowok yang suka nunda-nunda utk nikah, sampai ceweknya kebingungan 😀
iya ya…. ini tipe cewek karir yang masih suka bebas… 🙂
Terus kikan akhirnya mau nggak ?? waa penasaran.. 😀
tergantung pembaca sendiri-sendiri yang melanjutkan 🙂
Hahahaaa,… mau aja dehhh,…
silakan dilanjutkan 🙂
Ternyata co juga gitu ya?maunya yg pasti2=)
pengalaman dari orang terdekat 🙂
ternyata yang menunggu Pram banyak kok haha *bacakomen2. Pantas Pram berani move on 😀
hehehe…
aku suka cerita ini tidak dipanjang-panjangkan. langsung ke titik sasaran. kritik kecil dariku : penggunaan kata ‘stag’ rasanya cukup mengganggu. apalagi ini asalnya dari kata bahasa inggris ‘stuck’. ada baiknya diganti dengan kata dalam bahasa indonesia: mandek, atau tersendat.
salam 🙂
terima kasih sarannya….masukan diterima.
salam 🙂