Pekan lalu menjadi pekan yang luar biasa seru bagi siswa kelas 5, kelas tempat saya belajar bersama anak-anak. Ada dua program belajar yang selalu disambut sukacita oleh mereka: kunjungan belajar dan hari berjualan (market day). Kebetulan, tema kedua kegiatan itu adalah wirausaha.
Kunjungan ke Rumah Industri Pembuatan Yogurt Mayummy
Kunjungan belajar Senin lalu (14/11) melibatkan tiga materi pembelajaran yaitu:
1.IPS: Kegiatan Perekonomian
2.IPA: Perubahan Wujud Benda
3. Bahasa Indonesia: menulis laporan pengamatan
Tempat kunjungan belajar Senin lalu sudah pasti disukai anak-anak. Kebetulan rumah industri pembuatan mayumi yogurt di Donorejo, Secang, Magelang dimiliki oleh seorang wali siswa tempat saya belajar, jadi saya tidak perlu kesulitan mencari dan meminta ijin kunjungan ke tempat suatu kegiatan ekonomi yang cocok untuk anak-anak.
Begitu tiba di lokasi, anak-anak disambut ramah oleh Pak Edi, pemilik rumah industri pembuatan mayummy yogurt. Anak-anak langsung diajak mendekati dapur pembuatan.
Karena dapur pembuatan yogurt tidak muat menampung semua anak, maka Pak Edi, pemiliknya, menunjukkan dan menerangkan di pintu masuk dengan dua gelombang, siswi dahulu diikuti siswa. Ada tempat pasteurisasi besar tepat di depan pintu untuk menyeteril susu hingga maksimal suhu delapan puluh derajat celsius. Pendinginan susu dilakukan dengan air yang mengalir. Ada kotak-kotak susu besar tempat susu yang sudah dingin diproses menjadi yogurt. Proses berikutnya diterangkan pak Edi hingga tuntas.
Setelah diterangkan prosesnya, anak-anak diajak melihat proses pengemasan yogurt. Bagian ini menyenangkan bagi mereka. Mereka berkesempatan membantu ibu-ibu yang bertugas membungkus yogurt menjadi dua jenis kemasan, kemasan Rp500 dan Rp.1000 dan mengemasnya ke dalam kantong-kantong besar berisi 20 batang. Di bagian ini, terutama siswi begitu asyik membungkus yogurt dengan enam varian rasa buah. Ibu-ibu yang merupakan tetangga dekat rumah industri itu dengan ramah dan sabar melayani semua pertanyaan maupun mengarahkan cara pengemasan.
Mereka belum puas membantu ketika berpindah ke acara berikutnya, yaitu sharing usaha mayummy yogurt. Anak-anak cermat mencatat penjelasan Bapak Edi mengenai segala hal yang berkaitan dengan rumah industri ini, dari proses produksi hingga distribusi. Sesekali anak-anak maupun guru pendamping menungkapkan rasa ingin tahu mengenai bisnis yang terbilang sukses itu. Suka duka, rintangan, dan tips dari pak Edi cukup memberikan gambaran mengenai dunia wirasusaha, juga inspirasi untuk gigih dan pantang menyerah dalam berbisnis.
Sekembali dari kunjungan, tugas mereka melaporkan hasil kunjungan dalam bentuk laporan pengamatan. Jadi belajar Senin itu terasa komplet dan menyenangkan.
Market Day
Setelah mendapatkan inspirasi dan gambaran mengenai dunia usaha, saatnya mereka belajar menerapkan ilmu yang mereka dapatkan dengan praktik berjualan. Di sekolah kami, market day sudah menjadi program sekolah. Tiap semester diadakan sekali kegiatan market day besar: semester 1 tiga kelas besar berjualan dan tiga kelas kecil membeli, dan sebaliknya di semester 2. Antusiasme anak-anak terhadap kegiatan ini selalu besar.
Melaksanakan program sekolah, Jumat lalu (18/11) kelas saya, kelas 5, tidak sendiran dalam belajar wirausaha. Ada kelas 4 dan kelas 6 yang dihari itu sangat bersemangat menghadirkan dagangan terbaik mereka. Dagangan utama dari market day ini adalah makanan. Makanan boleh disiapkan dari rumah maupun dimasak di sekolah. Beberapa siswa juga menjual hasil kerajinan tangan mereka.

persiapan kelas 5

persiapan di kelas 6
Uniknya, masing-masing kelas punya gaya sendiri-sendiri dalam berjualan. Di kelas 4, ada 5 kelompok masing-masing siswa dan siswi membuat lapak secara terpisah. Sementara di kelas 5 siswa dan siswi berkolaborasi dan dibagi menjadi 4 kelompok. Yang menarik adalah konsep di kelas 6. Satu kelas berkongsi membuat usaha rumah makan semacam pujasera.

persiapain tim kasir dan marketing kelas 6
Ada beberapa lapak di kelas 6, dari makanan besar semacam bakso dan spagheti hingga makanan kecil gorengan dan minuman segar. Masing-masing lapak berlabel huruf alfabet. Pembeli yang datang di tiap-tiap lapak akan mendapatkan kartu huruf untuk membayar di kasir. Besarnya harga tiap lapak berbeda. Kartu huruf yang diberikan kepada tim kasir memudahkan proses pembayaran. Strategi penjualan mereka juga mantab, memberikan suvenir untuk 3 jenis pembelian. Terang saja, kelas 6 dibanjiri pembeli.

kelas 6 banjir pembeli

lapak-lapak kelas 5
Bagaimana dengan kelas 4 dan 5? Saya melihat kegigihan anak-anak di tengah persaingan. Anak-anak dengan sabar menunggui lapak mereka dengan beberapa siswa berkoar-koar menawarkan dagangannya dengan gaya masing-masing.
tim kelas 5
Kegiatan ini memang sejatinya pembelajaran. Ranah afektif terutama benar-benar menonjol dalam pembelajaran ini. Kerjasama, menghargai, cermat, teliti, telaten, sabar, jujur, gigih, tidak mudah putus asa, dan karakter lain akan terlihat pada saat siswa menyiapkan dagangan dari rumah maupun di sekolah dan pada proses penjualan. Lihat saja, kelompok yang tidak sabar ketika melihat lapak lain ramai pembeli dan mulai habis dagangannya serta merta membanting harga atau melakukan obral. Seru ketika melihat sepak terjang mereka :D. Di saat yang sama, kelompok yang danganganya mulai tak dilirik pembeli tetap tak terpengaruh jika mereka memiliki karakter sabar dan pantang menyerah. Mereka kemudian memakai strategi menawarkan dagangan dengan berkeliling, membawa dangangan yang tersisa pada nampan.

kreasi handycraft

kreatifnya siswi, bungkus makanan kecil dibuat pemanis sedotan
Beragam trik yang mereka gunakan pada akhirnya membuat makanan yang mereka jajakan ludes. Yang tersisa adalah barang-barang berupa handycraft. Kami para guru sering berkomentar seusai kegiatan market day yang sudah-sudah bahwa makanan apapun yang dijajakan di sekolah saat market day pasti laku. Masalah untung ruginya, nanti dulu…. Setelah tanya masing-masing kelompok, beragam jawaban mereka: ada yang untung (cuma dikit), untung lumayan, maupun balik modal saja. Nah, ini lagi letak pembelajarannya!

menawarkan dagangan keliling
Bagi anak-anak sendiri, saya lihat untung rugi itu nomer sekian. Mereka begitu senang dan bersemangat melakukan jual beli. Menerima uang dari pembeli itu berjuta rasanya! Ngetung uang belakangan, yang penting uangnya berjubel-jebel di kasir, hehehe….
keren-keren kak, pembelajaran yang ga akan dilupakan siswa 😀
bener, makanya mereka selalu menanti pembelajaran ini 🙂