Magelang, tempat saya lahir , tumbuh, dan tinggal punya sejuta pesona yang tak habis untuk digali. Kotanya yang bersih berkali-kali mendapatkan anugerah Adipura Kencana. Keindahannya, dari kota hingga pelosok menarik siapa saja untuk datang. Magelang tak hanya punya Borobudur yang kondang hingga mancanegara. Ada surga-surga tersembunyi yang bisa dinikmati di waktu senggang.
Sebagai wong Magelang, rasanya kok ‘katrok’ jika sampai tidak tahu tempat-tempat yang menyimpan pesona. Liburan, adalah saat yang tepat untuk melakukan eksplorasi. Maka, di suatu pagi yang berkabut di hari libur, saya, suami, dan anak menerjang dinginnya pagi dengan motor. Motor melaju menuju daerah Borobudur.
Punya wilayah pegunungan yang mengular menjadikan Magelang punya potensi untuk mengembangkan wisata alam di ketinggian. Di sepanjang pegunungan Menoreh, banyak titik menarik yang menjanjikan keindahan pemandangan matahari terbit. Kalaupun tak punya kesempatan melihat matahari terbit, ada lanskap yang tak henti membuat decak kagum.
Titik-titik di sepanjang Menoreh yang menjanjikan golden sunrise itu bisa diakses dari wilayah Borobudur. Untuk sampai di puncak Bukit Mongkrong, saya tak perlu tracking dengan ngos-ngosan seperti ketika saya naik gunung. Dari tempat parkir sepeda motor, saya tinggal jalan kaki sebentar saja. Pengunjung yang datang bermobil, ada ojek yang siap mengantar sebab jalan menuju bukit tak memungkinkan mobil untuk naik. Meskipun saya hanya jalan sebentar saja, namun untuk menuju lokasi parkir, jalan sempit terbilang di sana waw! Tanjakannya luar biasa bahkan ada yang menikung curam dan terbilang tak lagi mulus. Motor matic yang kami tumpangi sampai-sampai berbau gosong. Agaknya, naik motor trail bisa menjadi pilihan yang bagus.
Mongkorong, tempat ini membuat diri tak henti berdecak kagum. Lukisan yang dibentangkan Allah di bukit ini membuat kami betah berlama-lama di tempat ini. Negeri di atas awan tersemat juga dari tempat ini. Dari titik-titik yang dibangun sebagai spot foto seperti gazebo, semacam dermaga dari anyaman bambu, hingga gardu pandang pada tiang yang menempel pada pohon memanjakan saya menikmati deretan gunung Merapi, Merbabu, dan Andong serta Telomoyo yang terlihat kokoh sebagai latar landskap pagi.
Pada pagi itu, saputan kabut di sana-sini semakin mempercantik . Di bawahnya, landskap wilayah Borobudur yang hijau dengan kotak-kotak pedusunan membuat mata tak mau beralih. Sungguh, tempat-tempat semacam ini bisa membuat hati banyak mengingat kebesaran Allah.
Satu pikiran tiba-tiba melintas, hari gini untuk menikmati keindahan ketinggian bahkan matahari terbit ternyata tak perlu tracking ala pendaki gunung. Ada banyak keindahan pagi yang tersembunyi, yang bisa didatangi tanpa menginap semalaman. Ini bisa jadi alternatif bagi pemburu golden sunrise yang tak sempat bermalam di ketinggian.
Mongkrong begitu memanjakan mata sebab viewnya luas. Tak heran jika pengunjung tak henti berdatangan pagi itu. Pengunjung harus rela antri jika ingin berfoto di top selfi ini. Saling pengertian dengan sendirinya tercipta antar pengunjung.
Merasa ngeri dengan ketinggian tapi ingin berfoto di titik yang menjadi top selfi, jangan khawatir. Ada sabuk pengaman yang disediakan di dua sisinya. Sabuk itu di kaitkan dengan bilah kawat di masing-masing sisi. Dari tangkapan kamera, tak terlalu mencolok kok sabuk itu.
Kalau titik yang ini memang membutuhkan keberanian. Tapi keseruan duduk diatasnya tentu akan terbayar.
Dari puncak Mongkrong ini, terlihat sebuah bukit bertuliskan Sukmojoyo Hill di sebelah kiri bawah. Sudah sampai sini tapi tak mencoba ke sana, rasanya kurang afdol. Puas menikmati Mongkrong, motor kembali menderu mendatangi Sukmojoyo.
Melewati jalan yang berliku, menanjak, kadang setapak khas pedusunan, sampailah di punthuk yang juga merupakan tempat peziarahan. Punthuk ini belum dikelola seperti Mongkrong. Jika di Mongkrong dikanakan tiket masuk lima ribu rupiah per kepala dewasa plus ongkos parkir sebesar dua ribu rupiah, di Sukmojoyo disediakan kotak tempat pengunjung memberikan uang masuk seikhlasnya. Biaya parkir ditarik tiga ribu rupiah.
Pagi itu hanya kami pengunjungnya. Kontras sekali dengan Mongkrong yang pengunjungnya tak putus. Kalau untuk menyepi dan bertadabur alam, tempat ini cocok. Banyak sudut yang di bangun sebagai top selfi, lebih banyak ketimbang Mongkrong. Lihat saja spo-spot ini, sambil berfoto saya bisa menikmati pemandangan di bawah yang menyegarkan. Mamang, di banding Mongkrong, untuk view ke bawah Mongkrong tetap lebih unggul. Tapi, di tempat ini saya bisa menikmati alam pegunungan Menoreh lebih leluasi sembari menyadari kecil diri saya. Betapa untuk menambah rasa syukur, tempat-tempat yang memperlihatkan kebesaran Tuhan bisa menjadi pilihan untuk didatangi.

Gunung Merapi sebagai latar dengan bingkai hati
Sepulang dari dari sana,satu lagi pikiran melitas, bahwa saya perlu mengagendakan menggali pesona Magelang yang belum saya tahu. Kamu anak Magelang tapi merantau, sekali-kali sempatkan pulang dan mendatangi tempat-tempat yang pasti akan membuatmu semakin rindu pulang. Kamu yang berada di luar Magelang bisa klik tiket.com untuk akomodasi datang ke Magelang. Liburan di Magelang menjanjikan sejuta eksplorasi. Ayo ke Magelang dan segera klik tiket.com!