Ketika pagi tak lagi kunanti
Tapi embun begitu kudamba
Padahal aku menunggu cahaya
*foto dari googling*
Ketika pagi tak lagi kunanti
Tapi embun begitu kudamba
Padahal aku menunggu cahaya
*foto dari googling*
Warna hati tak terbaca,entah lara entah hampa sementara. Suara terjepit di ujung katup bibir,sia-sia kalau kata malah menjadi bara. Hanya wajah bisa teraba,ada gurat: lelah? Gundah? Gelisah? Resah? Entah? Atau malah benci? Pada siapa?
Sedang dunia berpaling muka.
22 Maret 2010, 17:53:14
Sms Gusti (adik kost jaman lalu) tiba-tiba datang kemudian , waktunya pas banget,seperti mengiyakan : “Lebih baik menulis sampah,daripada menjadi sampah busuk buat pikiran kita-kutipan- hehe!”
Terima kasih Gusti, jadi hilang senewen itu. . . :))
Ada ungkapan dari ulama salaf: kalau engkau mempunyai gagasan, hendaklah engkau juga memiliki kehendak (azimah) *. Kebanyakan kita memiliki gagasan. Merealisasikan gagasan menjadi sebuah ‘karya’, tentu saja kehendak kuat menjadi faktor penentu. Mempunyai 2 hal itu bagi saya tidak mudah. Gagasan-gagasan itu seringkali hanya terlipat-lipat di almari kepala. Kehendak untuk mewujudkannya terbelenggu oleh rasa malas.
Parahnya, ada yang hanya membicarakan gagasan-gagasan itu,seandainya begini begitu, aku pengen membuat ini itu,dsb,tanpa ada aksi. Akhirnya, yang seperti ini hanya berhenti menjadi orang yang disebut dalam NATO (No Action Talk Only).
So tell me, how to get the ‘azimah’?
*mengutip dari buku Arsitek Peradaban oleh Annis Matta.