Persimpangan Jalan Para Remaja Pesantren

Judul: The Haze Inside | penulis : Aiu Ahra | penerbit: @penerbitRepublika | cet. 1,Mei 2022 | 364 hal.

The Haze Inside mewakili pergolakan batin remaja yang mencari dan dipenuhi tanda tanya,cita-cita,tujuan hidup,dan mau ke mana selepas lulus.

Dimulai dari bangku SMP,ada pertanyaan mau lanjut ke sekolah mana? Tiga Sahabat menemukan jalan-jalan yang berbeda. Dua diantaranya ternyata melanjutkan di pesantren yang sama: Ghazi dan Rigel. Sementara Mey melanjutkan di sekolah umum.

Berada di pesantren yang sama tak membuat hubungan Ghazi dan Rigel bak sahabat baik. Rigel mulai bertanya terhadap sikap Ghazi yang dingin.

Tokoh Rigel yang selalu bertanya dan mencari tujuan hidupnya terlihat gigih dengan selalu bertanya pada teman lain,Umar, Ajis,Ghazi. Penulis menampilkan karekter-karakter kompleks di sebuah pesantren. Selain Rigel yang gigih namun sering kali agresif pada sahabat-sahabatnya,tokoh Ghazi yang tanpa emosi dan selalu pesimis. Ajis yang hobi makan,dan Umar yang shalih dan pandai.

Pencarian tujuan hidup mendapat tantangan permasalahan perundungan. Masalah yang umum terjadi terjadi di sekolah,lebih-lebih pesantren. Masalah itu tidak sederhana ketika yang terlibat punya akses wewenang di pesantren. Kasus itu kembali mendekatkan dua sahabat dengan kegigihan Rigel. Selama membaca saya menunggu akhir dari kasus perundungan,bagaimana solusi yang ditampilkan penulis. Sekalipun banyak pihak pesimis terhadap kasus itu,bahkan para ustadz,saya cukup lega dengan penyelesaian.

Penulis menampilkan pergolakan-pergolakan diri tokoh dengan alur maju mundur. Dengan bahasa sederhana buku ini memberikan gambaran kompleksnya hidup di pesantren. Setting pesantren di Sumut diperkuat dengan dialog berbahasa lokal.

Remaja atau orang tua yang masih ragu menyekolahkan anaknya ke pesantren,bacalah buku ini. Tak hanya santri dan calon santri,buku ini juga layak dibaca oleh remaja pada umumnya. Sebagai guru saya mendapatkan banyak pelajaran dari The Haze Inside. Banyak kutipan menggugah di temukan sepanjang cerita.

“Manusia itu dilahirkan dalam keadaan suci dan cenderung pada kebenaran,selama dalam hatinya masih ada cahaya kebenaran,maka dia pasti bakal memperjuangkanny,”(224)

“Namanya kebenaran akan menemukan tempatnya untuk pulang. Jadi tugas kalian adalah memperjuangkannya. Soal hasilnya,biar Allah yang atur,”(hal. 224-225)

Tinggalkan komentar