Kliping Aksi Bela Islam 212

Siapa yang tak merinding menyaksikan aksi bela Islam 212. Jutaan umat Islam di Indonesia berada di satu tempat  karena  satu rasa.  Setelah  aksi bela Islam 411, umat Islam dibawah komando beberapa ulama  menggelar dzikir dan shalat Jumat di komplek Monas dan sekitarnya.  Latar belakang kedua aksi itu jelas,  karena penistaan atas ayat Al-Quran Al-Maidah:51 oleh Gubernur Jakarta Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok.  ‘Keplintir lidahnya’, justru hal ini telah menyatukan umat Islam di Indonesia.

Banyak  saya dengar atau baca lontaran yang kurang lebih mengatakan untuk apa sih ikut aksi-aksi itu, sementara di sini, di dekat kita, masih banyak hal-hal kecil yang bisa kita urus, kita selesaikan. Bagi saya, aksi 411 ataupun 212 adalah sebuah sikap.  Sebuah sikap ketika agama kita dihina, dicela, dinistakan.  Mengurus urusan-urusan kecil di dekat kita adalah satu soal penting, pun mengikuti aksi bela Islam.  Para ulama, para peserta aksi itu bukan orang yang tidak peduli sesama, tak peduli sekitar, tak menyelesaikan urusan umat di sekitar mereka.  Mereka orang-orang besar berilmu yang tahu untuk apa mereka melakukan itu. Mereka orang-orang yang kesehariannya menyelesaikan urusan-urusan kecil  maupun besar di sekitar mereka: para ulama, tokoh masyarakat, pengusaha, pendidik, aktivis, pedagang, dan beragam profesi lain yang meluangkan waktu beberapa hari saja untuk membela agama. Kemudian ada yang berujar, agama toh tak usah dibela, untuk apa, dan sebagainya. Ada juga yang menganggap gila para santri yang rela berjalan kaki dari Ciamis ke Monas karena adanya pemboikotan armada bus.

hamka

Tulisan ini adalah klipping yang bisa menjawab beragam lontaran itu. Ada banyak postingan inspiratif dan foto yang viral beredar di internet. Saya ingin mendokumentasikannya untuk diri saya sendiri, peristiwa bersejarah yang kelak ketika saya ingin mengingatnya bahkan menceritakannya kepada anak cucu, sudah ada di rumah maya ini.

Tulisan ini tersebar di WA maupun FB yang membuat hati saya gerimis ketika membacanya

Bergetar baca tulisan ini. Ditulis oleh alumni ITB 93.

Cerita Inspiratif buat kita2 yg merasa sudah ‘cukup’ beragama….

*Adalah saya akan tak ikut lagi aksi 212 ???*

Saya anggap dunia adalah soal bagaimana hidup dan cari kehidupan.. bagaimana menikmati dan lebih baik dari manusia lain, bagaimana bisa punya status baik, dihargai dengan apa yg dipunya dan sedikit jalan2 menikmati dunia..

Saya anggap orang yg maju dalam agama itu adalah yang berfikiran luas dan penuh toleransi, saya anggap tak perlulah terlalu fanatis akan sesuatu, tak perlu reaktif akan sesuatu, keep calm, be cool… Janganlah sesekali dan ikut2an jadi orang norak… ikut kelompok jingkrang2 dan entah apalah itu namanya..

Saya tak ikut aksi bela agama ini itu kalian jangan usil, jangan dengan kalian ikut saya tidak, artinya kalian masuk syurga saya tidak!, Saya ini beragama lho, saya ikut berpuasa, saya bersedekah dan beramal..Saya bantu orang2, bantu saudara2 saya juga,, jgn kalian tanya2 soal peran saya ke lingkungan, kalian lihat orang2 respek pada saya, temanpun aku banyak…tiap kotak sumbangan aku isi..

Saya masih heran, apa sih salah seorang ahok? Dia sdh bantu banyak orang, dia memang rada kasar tapi hatinya baik kok, saya hargai apa yang sudah dia buat bagi jakarta… Saya anggap aksi ini itu hanya soal politis karena kebetulan ada pilkada,, saya tak mau terbawa2 arus seperti teman2 kantor yg tiba2 juga mau ikut aksi, saya anggap itu berlebihan dan terlalu cari2 sensasi… paling juga mau selfie2..

Sampai satu saat….

,sore ini dalam gerimis saat saya ada di jalan, dalam mobil menuju tempat miting, dalam alunan musik barat saya berpapasan dengan rombongan pejalan kaki, saya melambat, mereka berjalan tertib, barisannya panjang sekali, pakai baju putih2, rompi hitam dan hanya beralas sendal,, muka mereka letih, tapi nyata kelihatan tidak ada paksaan sama sekali di wajah2 itu.. mereka tetap berjalan teratur, memberi jalan ke kendaraan yg mau melintas, tidak ada yang teriak, berlaku arogan dan aneh2 atau bawa aura mirip rombongan pengantar jenazah yg ugal2an…. Ini aneh, biasanya kalau sdh bertemu orang ramai2 di jalan aromanya kita sudah paranoid, suasana panas dan penuh tanda tanya negatif…. Sore ini, di jalan aku merasa ada kedamaian yang kulihat dan kurasa melihat wajah2 dan baju putih mereka yg basah terkena gerimis,…

Papasan berlalu, aku setel radio lain…ada berita,, rombongan peserta aksi jalan kaki dari ciamis dan kota2 lain sudah memasuki kota, ada nama jalan yg mrk lalui… Aku sambungkan semua informasi, ternyata yang aku berpapasan tadi adalah rombongan itu… Aku tertegun…

Lama aku diam ,, otakku serasa terkunci, analisaku soal bagaimana orang beragama sibuk sekali mencari alasan, tak kutemukan apa pun yg sesuai dengan pemikiranku, apa yg membuat mereka rela melakukan itu semua?? Apa kira2?.. aku makin sibuk berfikir…. Apa menurutku mereka itu berlebihan? Rasanya tidak, aku melihat sendiri muka2 ikhlas itu…. Apa mereka ada tujuan2 politik? Aku rasa tidak, kebanyakan orang sekarang memcapai tujuan bukan dengan cara2 itu…. Apakah orang2 dgn tujuan politik yang gerakkan mereka itu?.. aku hitung2, dari informasi akan ada jutaan peserta aksi,, berapa biaya yg harus dikeluarkan untuk itu kalau ini tujuan kelompok tertentu… Angkanya fantastis, rasanya mustahil ada yg mau ongkosi krn nilainya sangatlah besar….

Aku dalam berfikir, dalam mobil, masih dalam gerimis kembali berpapasan dengan kelompok lain, berbaju putih juga, basah kuyup juga… Terlihat di pinggir2 jalan anak2 sekolah membagikan minuman air mineral ukuran gelas, sedikit kue2 warung ke mereka, sepertinya itu dr uang jajan mereka yg tak seberapa…. Aku terdiam makin dalam… Ya Allah….kenapa aku begitu buruk berfikir selama ini??? Kenapa hanya hal2jelek yang mau aku lihat tentang agamaku… Kenapa dengan cara pandangku soal agamaku??

Aku mampir ke masjid, mau sholat ashar…aku lihat sendal2 jepit lusuh banyak sekali berbaris…aku ambil wudhu…

Kembali, di teras, kali ini aku bertemu rombongan tadi, mungkin yang tercecer,, muka mereka lelah sekali, mereka duduk,, ada yg minum, ada yg rebahan, dan lebih banyak yg lagi baca Quran… Hmmm

Aku sholat sendiri,, tak lama punggungku dicolek dr belakang, tanda minta aku jd imam, aku cium aroma tubuh2 dan baju basah dari belakang…. Aku takbir sujud,, ada lagi yang mencolek,. Nahh….Kali ini hatiku yang dicolek, entah kenapa… hatiku bergetar sekali, aku sujud cukup lama, mereka juga diam… Aku bangkit duduk,, aku tak sadar ada air bening mengalir dari sudut mataku…. Ya Allah… Aku tak pantas jadi imam mereka,. Aku belum sehebat, setulus dan seteguh mereka…. Bagiku agama hanya hal2 manis, tentang hidup indah, tentang toleransi, humanis, pluralis, penuh gaya , in style ..bla bla bla,… Walau ada hinaan ke agamaku aku harus ttp elegan, berfikiran terbuka… Kenapa Kau pertemukan mereka dan aku hari ini ya Allah, kenapa aku Kau jadikan aku imam sholat mereka?? Apa yang hendak Kau sampaikan secara pribadi ke aku??….

Hanya 3 rakaat aku imami mereka,, hatiku luluh ya Allah…. mataku merah nahan haru… Mereka colek lagi punggungku, ada anak kecil usia belasan cium tanganku, mukanya kuyu tapi tetap senyum.. agak malu2 aku peluk dia, dadaku bergetar tercium bau keringatnya, dan itu tak bau sama sekali… Ini bisa jadi dia anakku juga,. Apa yg telah kuajarkan anakku soal islam? Apakah dia levelnya sekelas anak kecil ini?? Gerimis saja aku suruh anakku berteduh… dia demam sedikit aku panik… Aku nangis dalam hati…. di baju putihnya ada tulisan nama sekolah,. smp ciamis… Ratusan kilo dari sini…. kakinnya bengkak karena berjalan sejak dari rumah, dia cerita bapaknya tak bs ikut krn sakit dan hanya hidup dr membecak, bapaknya mau bawa becak ke jakarta bantu nanti kalau ada yg capek, tapi dia larang… Aku dipermalukan berulang2 di masjid ini… Aku sudah tak kuat ya Allah… Mereka bangkit, ambil tas2 dan kresek putih dr sudut masjid, kembali berjalan, meninggalkan aku sendirian di masjid,, rasa2nya melihat punggung2 putih itu hipang dr pagar masjid aku seperti sudah ditinggal mereka yg menuju syurga… Kali ini aku yg norak,, aku sujud, lalu aku sholat sunat dua rakaat,, air mataku keluar lagi…. kali ini cukup banyak, untung lagi sendirian..

Sudah jam 5an,, lama aku di masjid, serasa terkunci tubuhku di sini…miting dgn klien sptnya batal… aku mikir lagi soal ke islamanku, soal komitmenku ke Allah, Allah yg telah ciptakan aku, yg memberi ibu bapakku rejeki, sampai aku dewasa dan bangga seperti hari ini…. dimana posisi pembelaanku ke agamaku hari ini??? Ada dimana? Imanku sudah aku buat nyasar di mana?…

Aku naik ke mobil, aku mikir lagi,. Kali ini tanpa rasa curiga, kurasa ada sumbat besar yg telah lepas dalam benakku selama ini… Ada satu kata,. Sederhana sekali tanpa bumbu2… Ikhlas dalam bela agama itu memamg nyata ada…

Aku mampir di minimarket,, kali ini juga makin ikhlas, makin mantap… Aku beli beberapa dus air mineral, makanan kering, isi dompet aku habiskan penuh emosional…. Ini kebangganku yg pertama dalam hidup saat beramal, aku bahagia sekali… Ya Allah ijinkan aku kembali ke jalanMu yang lurus, yg lapang, penuh kepasrahan dan kebersihan hati….

Ya Allah ijinkan aku besok ikut Shalat jumat dan berdoa bersama saudara2ku yang sebenarnya,. Orang2 yang sangat ikhlas membela Mu… Besok, tak ada jarak mereka denganMu ya Allah… Aku juga mau begitu, ada di antara mereka, anak kecil yg basah kuyup hari ini….tak ada penggargaan dr manusia yg kuharap, hanya ingin Kau terima sujudku… Mohon Kau terima dengan sangat… Bismilahirahmanirahiim….

(1 Desember 2016 , Ditjeriteratakan oleh Joni A Koto, Arsitek, Urban planner.. alumni ITB 93)

Sebuah Kesaksian

By: DenySIuwarja

Tadinya tidak terpikirkan,ikut menjemput dan mengawal para peserta long march Ciamis-Jakarta di Malangbong. Saat ada keperluan di Cibatu, pukul 15.40 WIB membaca update info rombongan dari salah seorang peserta. Bahwa, rombongan sudah tiba di mesjid Agung Malangbong. Tertarik dan panggilan hati, ingin memberi dukungan moril kepada mereka.

Via Sasakbeusi, menuju Malangbong. Perasaan dan hati dibuat bangga dan sejuk. Betapa tidak, di sepanjang tepi jalan tampak masyarakat berkerumun di setiap sudut. Anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, kakek-kakek, nenek-nenek semua bersiap menyambut, lengkap dengan makanan dan minuman bahkan buah-buahan.

Di Lewo, berhenti sejenak. Mendekati kerumunan itu dan memasang kamera kecil. Saat ditanya mengapa mereka melakukan hal itu? Jawaban mereka:”Lillahita’ala, demi Allah, demi agama kami, demi membela Al Quran yang telah dinistakan”.
“Ini murni dari hamba Allah, bukan dari partai politik yang dituduhkan si penista! Kami tidak bisa ikut long march. Tapi, kami ingin mendukung mereka. Tukang tahu, menyumbang tahu. Tukang emplod, tukang tempe, tukang kerupuk, tukang roti, tukang bala-bala. Bapak lihat sendiri, ini di depan. Semua sumbangan sukarela. Ikhlas, gak ada yang membayar!”, jawab mereka.

Subhanallah. Bulu kuduk merinding, ada yang tersekat di tenggorokan. Mereka rakyat biasa, begitu rela berkorban. Demi keyakinan dan keimanan mereka yang diinjak-injak dan dinistakan. Mereka rela berkorban dan sudah berdiri di sana, lebih kurang 1,5 jam. Padahal rombongan long march, baru tiba di mesjid Agung Malangbong dan rehat dengan sholat magrib. Perjalanan baru akan dilanjut bada sholat Magrib.

Tiba di mesjid Agung Malangbong, suasana seperti malam takbiran. Setiap melewati kerumunan orang-orang gema takbir dan kepalan tangan terangkat selalu terucap. Tegas tanpa rasa ragu. Tampak beberapa ada yang makan nasi bungkus berdua, bahkan ada yang bertiga sambil duduk bersandar ke tembok. Belakangan mendapat informasi dari koordinator konsumsi, bahwa makanan, snack, ari kemasan, obat-obatan lebih dari cukup sumbangan sukarela dari masyarakat yang terlewati rombongan. Yang kurang adalah untuk nasi bungkus/box. Untuk nasi bungkus/box sering mengalami keterlambatan karena langsung didrop dari pesantren di Ciamis!!! Namun peserta tidak mengeluh, saat di Malangbong mendapatkan sumbangan 300 nasi bungkus dari masyarakat setempat. Mereka rela berbagi dengan teman-temannya! Subhanallah!

Untuk makanan kemasan seperti biskuit atau roti dan air kemasan lebih dari cukup. Bahkan, mobil feeding kewalahan untuk mengangkut semua itu. Alternatifnya koordinator konsumsi harus mendatangakan truk dump truck yang besar, untuk mengangkut semua konsumsi yang disediakan masyarakat sepanjang Ciamis-Malangbong. Pastinya akan terus bertambahan selama perjalanan ke Jakarta. Yang mengiris hatis diantara makanan kemasan tampak juga makanan tradisional seperti cuhcur, ali agreg, burayot, rangginang, emplod, ladu, bahkan air kopi panas yang dimasukan plastik ada di sana! Yang pasti semua makanan tradisional tersebut diolah olah rakyat kebanyakan, rakyat miskin, rakyat yang tidak rela kitab sucinya dihina dan ingin membela dengan cara mereka.

Kumandang adzan magrib bergema! Wajah-wajah yang tidak bisa menyembunyikan rasa lelah tapi dengan sorot mata penuh semangat itu langsung mengambil air wudhu. Tidak sampai 2 menit, kerumunan jemaah lebih dari 2000 orang tersebut (plus mukimin). Langsung berbanjar rapi. Tanpa harus berteriak-teriak ala polisi yang kemarin sempat melarang mereka PO bus agar tidak menyewakan bus kepada mereka. Mereka tertib rapih, merapatkan barisan menghadap kiblat, rapi makmum hanya sesaat setelah mendengar suara iqamat.

Selama sholat, tidak terasa mata basah. Alhamdulillah, bisa ikut berjamaah bersama mereka. Terasa atmosfer ghirah izzatul Islam yang kental. Khusu dan penuh kesyahduan. Setelah membaca salam, air mata makin basah saat para santri tersebut bersalaman sambil mencium tangan saya penuh hormat. Padahal saya tidak mengenal mereka. Mereka tidak mengenal saya. Akhlak mereka begitu santun, saat melewati orang yang lebih tua mereka berjalan membungkuk, merendahkan tubuhnya dengan posisi tangan lurus ke bawah menyentuh lutut.

Hujan turun gerimis saat meninggalkan mesjid Agung Limbangan, agar dapat mengambil gambar yang bagus. Lebih kurang 6 km dari alun-alun Malangbong, berhenti di sebuah warung untuk menyantap mie sambil menunggu rombongan, buang air kecil dan ngopi. “Paling perkiraan memakan waktu satu jam dari Malangbong ke sini!” kata si Bapak pemilik warung. “Bapak yakin? Saya perkirakan paling 30 menit. Kan hanya 6 km!” bantah saya. Tapi, saya dan istri dibuat terpelongo belum lima belas menit duduk sambil menikmat mie rebus. Tiba-tiba dari arah timur mobil polisi yang mengawal sudah tiba. Polisi memberlakukan jalur satu arah.

Kendaraan dari arah Malangbong diminta menepi.
Tidak sampai lima menit kemudian, dalam guyuran hujan yang makin deras. Tampak rombongan muncul dari arah Malangbong! Hanya 20 menit! Mereka bertakbir, bersholawat menembus hujan dengan hanya berlapiskan jas hujan plastik keresek. Beriringan, sebagian ada yang berpegangan tangan, sebagian ada yang membawa tongkat. Sebagian ada yang menggandeng temannya. Tidak henti, mobil ambulan dan mobil evak yang mengikuti rombongan. Memberikan pengarahan kepada para peserta yang sudah tidak kuat berjalan jangan memaksakan, silakan naik mobil yang kedua lampu daruratnya menyala. Tapi yang minta dievak bisa dihitung dengan jari. Mayoritas mereka tetap berjalan, bahkan ada yang setengah berlari menembus hujan deras.

Menuju ke Warung Bandrek,Kersamanah di sepanjang jalan tampak masyarakat menyemut. Lebih heboh daripada tadi sore saat mereka menunggu rombongan. Makanan dan minuman yang disediakan mereka makin banyak. Seorang nenek, berdiri di antara kerumunan masyarakat. Di tangannya tampak dia memegang sebungkus emplod (makanan khas lewo dari singkong). Seorang Bapak sibuk, menyeduh kopi panas di gelas plastik dan memberikan dengan penuh kasih sayang serta doa kepada setiap peserta yang melewatinya!

Suasana sangat Islami, tulus, ihlas dan ukhuwah Islamiyah. Berkali-kali saya dan istri menyeka air mata saat menyaksikan mereka di sepanjang perjalanan. Allahu Akbar!
Ya Allah, saksikanlah kami ridho Engkau menjadi Tuhan kami. Kami ridho Islam menjadi agama kami. Kami ridho Nabi Muhammad S.A.W. menjadi Rosul kami, kami rela Al Quran menjadi kitab suci kami! Jauhkan kami dari orang-orang munafik, yang lebih ridho kaum kafir jadi pemimpinnya dan menyangkal kebenaran kalam-Mu.
Amiiin….

T_T

Nah, kalau yang ini tulisan ringan namun menyentil 🙂

Sarah Ramadhani

Kemarin pukul 13:23 · Kota Bekasi ·

212 itu SABLENG

Dulu waktu saya kecil, ada film laga yang nyaris ga absen saya tonton. Judulnya Wiro SABLENG 212. Pendekar pembela kebenaran yang tingkahnya “nyeleneh”.

Eh sekarang ada lagi ribuan orang yang ikut jadi “sableng” gara-gara seorang yang sungguh penting dan jasanya tak terhitung untuk Jakarta. Itu kata versi yang membela sih, aslinya ? Hitungan aja depan Allah nanti lah. Bukan kapasitas saya menimbang jasanya
(Timbangan buat bahan kue aja ga punya apalagi Timbangan pahala dosa buat dia).

Para pengikut 212 ini Gila. SABLENG kalo boleh disebut. Mereka jalan dari Ciamis ke Jakarta. Jaraknya hampir 300km.
Saya, rasa-rasanya kalopun lagi fakir miskin dikasih 500 ribu juga ogah. Pegeeel cyiin !
Ada yang mau nebak per kepala dikasih sejuta ? Okelah kita hitung 1.000.000 x 500 orang misal = 500.000.000.
Ini uang siapa ? Cagub Jakarta ? Ya ngapain banget wong mereka juga ga punya KTP Jakarta. Capres pengganti jokowi ? Yaelah masih lama keuleus. Rugi keluar duit sekarang mah.
Lah jadi duit siapa ? Ga dibayar ? Tuh SABLENG kan ! Mau-maunya ga dibayar jalan sampe segitu jauhnya. Kalo saya orang munafik, rasa-rasanya saya akan pilih jalan lain untuk Riya’. Masih banyak ibadah yang mampu saya Riya’ kan. Belom tentu juga muka saya ke shoot masuk tipi, pegelnya ga ilang sebulan !.

Eh kata yang nyinyir, “ah nanti di tengah jalan juga Naik bis.”
Ma sya Allah kamu Pinter ih ! Saya sih ga nutup-nutupin ya, semalem temen suami yang stand by bilang iya. Mereka emang dipaksa buat Naik bis atau Mobil pribadi para relawan pas udah sampe Bogor. Buat istirahat di At-tiin. Bogor- At tiin doong, jauh banget kan itu ya  :p. Itupun ga semua keangkut.

Saya bukan pendukung demo menentang pemerintah. Kata Rasulullah nanti memang akan ada Pemimpin yang bodoh, dzalim, hatinya seperti iblis badannya manusia. Terus sahabat nanya, bolehkah kita berontak ya Rasulullah ? Jangan, selama kalian masih bisa shalat/mereka masih shalat.
Tadi pagi Pak jokowi ditanya “Pak, shalat jum’at di Monas ga ?” Beliau jawab ” Yang jelas saya shalat jum’at, tempatnya belum tau.”
Berarti jelas ya, doi masih shalat. Hari ini akhirnya beliau mau juga shalat bareng mereka yang disebut sableng.

Eh tapi yg pada ngumpul di hari 212 ini ga mau berontak ke Pak jokowi loh, jauh juga dari pandangan memecah belah NKRI, Lah wong sama yang di Katedral sana aja mereka baik kok. Jadi NGAPAIN ih pada ngumpul ?! Mereka, mau ngumpul untuk menegaskan suara bahwa setiap Mata telinga dan hati mereka mengawal Pak Tito #eh. Mengawal kasus hukum “si dia” (yang tak boleh disebut namanya macam Voldemort Kali ahh  :p ). Saya inget Persis loh bagaimana penista agama macem Lia Eden, Dimas Kanjeng, Gatot dll langsung ditahan baru disidik. Lah ini udah jadi tersangka masih bisa wara-wiri ya ikutan sableng yang nontonnya.

Balik lagi ke sableng ya, iya ih kalo difikir beneran sableng. Diliat dari sudut manapun saya ga faham kenapa mereka bisa sampe segitunya.
Tapi dari beberapa cerita, gambar yang ditampilkan di tipi yang ga mati suri melaporkan, saya cuma bisa diam. Sembunyi berdo’a di dalam hati semoga mereka kuat, Dan sampai tujuan masih dalam kondisi ikhlas. Betapa hati bergetar melihatnya.
Barisan mereka rapi. Capek pasti. Saya Bayangkan di zaman Rasulullah para pejuang Islam menempuh jarak yang tak dekat untuk berperang. Iya, mereka yang sekarang emang bukan mau Perang. Mungkin belum PANTAS di sebut jihad. Tenang Wahai kamuh-kamuh yang nyinyir, saya ga akan kePDan menisbatkan mereka sebagai mujahid. Tapi saya berterima kasih pada mereka karna sudah memberi saya pemandangan yang ga bisa dibeli kecuali saya ngongkos ke Mekkah. Umat Islam dari berbagai daerah, berbagai kelompok berdiri dalam shaf terbanyak di dunia. Saya jadi sadar, oh ternyata umat Islam di Indonesia bisa berkumpul begini ya..
Sekalipun kamu dukung “si dia”, tidakkah pemandangan ini menyejukkan hati ? Ga ada kerjaan ? Ada, mereka menempuh jarak lebih jauh untuk shalat jum’at, sebagian dalam kondisi berwudhu. Kata Rasulullah barangsiapa menunggu waktu shalat dalam kondisi berwudhu, maka Allah hitungkan pahala shalat sepanjang dia menunggu. Emang kamuh, yang apdet medsos mulu, dateng ke masjid pas iqomat udah bunyi ?! #eh.

Hari ini, mereka yang disebut “sableng” memberikan sejarah tersendiri. Sejarah yang suatu hari nanti bisa dibanggakan, diceritakan pada anak cucu tentang persatuan umat Islam di Indonesia..

Nak, suatu hari di tahun 2016, Allah menaqdirkan seorang ahok tergelincir lisannya menjelekkan al-qur’an lewat al-ma’idah :51.
Allah menjadikan lisannya sebagai wasilah bersatunya umat Islam di Indonesia. Di Indonesia ini nak, banyak kelompoknya, tapi hari itu semua bisa bersama dibawah payung Agama, lillah in sya Allah.
Menyentil yang sejak lahir Muslim tapi jarang membaca al-qur’an.
Menyentil bunda yang skeptis pada persatuan umat.
Nak, hari ini bunda di beri gambaran tentang mahsyar. Nanti banyaknya lebih dari ini. Padatnya lebih dari ini.
Kalau hari ini mereka berkumpul di bawah hujan, besok di akhirat kita berkumpul di bawah terik matahari yang jaraknya hanya sejengkal di atas kepala..
Hampir saja gila kita membayangkan betapa panasnya.
Pastikan nak, pastikan saja engkau berusaha menjadi golongan orang-orang yang selamat.
😥

Semoga Allah catatkan kebaikan pada engkau yang ada di sana dan untuk mereka yang berdo’a diam-diam di rumah.

212 ini, luar biasa..

#sarah

Ini yang luar biasa, tulisan objectif yang beredar pula di FB

Saya Kristen… Saya hadir di #Aksi_Super_Damai_021216
*tak lelah mencintai Indonesia

Oleh : M Irawati Soemadi

Saya adalah seorang kristiani. Saya non-muslim yg ikut menghadiri dan menyaksikan acara di Monas tanggal 02122016 untuk menyaksikan serta mengabadikan #212_Aksi_Super_Damai_III secara langsung & obyektif, dan itu semua saya lakukan karena saya *tak lelah mencintai Indonesia

Jam 7.15 di area dalam Monas sudah penuh peserta aksi, dan saya mengambil tempat di area sub wanita terdepan, berbaur dengan pengunjung wanita lainnya. Sekitar jam 7.25 – 7.30 dengan tertib sub per sub pengunjung memenuhi area ring 1 panggung monas 212. Saya sempatkan abadikan gambar, dengan menaiki mobil tangki air. Saya tertegun betapa penuhnya monas hanya dalam waktu 5 menit….

Jam 7.45 halaman parkir ring 1 tenda di monas penuh padat tidak dapat menampung teman-teman muslim. Cuaca tidak panas dan tidak dingin.. Awan sepertinya mengerti dengan membawa angin teduh, meskipun Monas penuh sesak lautan manusia. Lagi, saya ambil foto dari atas mobil tangki air PMI.

Area Sub Wanita, pada jam 7.30 masih ada yg kosong.. tapi jam 7.45 -an tidak ada lagi yg kosong..!!!! penuh dengan ibu-ibu, anak-anak, bahkan bayi-bayi yg usia 3 bulan pun ada… mereka berkumpul dan membaur.

Saat masuk sebagian pria sudah berwudhu… hingga saat mau sholat jumat jam 12.. saat air menipis.. maka mereka pun menangis mengambil air gerimis turun dari langit… air mineral dalam botol botolpun menjadi air yg berguna… Mereka bersyukur untuk segala yg tercurah untuk kelancaran ini. Alam ikut melihat..

Saat panggung ulama membacakan doa … terasa suasana haru.. ya mereka menangis.. di panggung.. di depan, dibelakang, disamping kanan dan disebelah kiri ku teman teman mulai berlumuran air mata.. basah memenuhi wajah mereka, memanjatkan doa dgn khusuk… tangisan mereka terdengar dimana mana, suasana membuat haru biru seketika… dan dari panggung berkumandang.. “YA ALLAH BILA DOA KAMI ENGKAU JAWAB.. TURUNKANLAH HUJAN”
Sesaat kemudian langit awan bergerak cepat berputar diatas monas. Cepat sy abadikan moment-moment indah ini.

#mau bantah…??!! Sy kristen yg juga dilarang untuk berkata dusta.
#sy ikut hadir dan menyaksikan semua itu..
#karena saya *Tak lelah mencintai Indonesia

Saya sempat di wawancara oleh wartawati bule dari Australia News. Pertanyaan mereka kepada saya adalah :

1). Mengapa anda berada di acara ini ?
-> Saya katakan saya ingin menyaksikan secara langsung acara damai ini.

2). Dgn kehadiran anda disini apakah anda ingin Gubernur Ahok di penjara.. ?
-> Saya jawab : saya bisa katakan kepadamu, tapi saya minta kamu lihatlah sendiri semua sekeliling kita saat ini. Mereka adalah teman dan saudara kami dari seluruh bagian Indonesia. Saya lebih sayang semua banyak orang ini daripada saya berpihak kesatu orang yg karena agama saja saya melihat. Saya cinta negara saya Indonesia.

3). Anda asal dari mana dan tinggal dimana.. ?
-> Saya katakan saya campuran Jawa Moluccas Manado dan saya tinggal serta ber ID di Jakarta.

4). Sekali lagi sy tanyakan apakah anda ingin Ahok dipenjarakan..?!!!
(Pertanyaam yg sama 2X kali lagi, sy ditanyakan dgn pertanyaan ini).
-> Sy jawab dg tegas… lihat sekelilingmu ini, mereka temanku, saudaraku.. haruskah sy mengatakan kepadamu…? Saya tak bisa bicara.., saya cintai semua rakyat ini, bukan 1 orang yg sy pilih.. karna saya cinta Indonesia, (airmata sy menggenang dipelupuk mata sambil nahan nafas untuk 3X pertanyaan yg sama). Sepertinya dunia perlu tahu.. ini bukan karna dia Gubernur kristen.

Terakhir wartawati tsb tanya nama saya.. maka sy jawab panggil saja sy Linda..

Ya…. saya Linda, Saya Cinta Indonesia… ! kamu harus tahu itu… kami satu keutuhan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, terjalin dalam Bhinneka Tunggal Ika yang sesungguhnya.

__________

Penjelasan : status ini adalah hasil rangkuman dari beberapa status mBak Linda, yang saya satukan dalam satu narasi. Untuk foto-fotonya, silahkan lihat langung di akun FB beliau. Saya sudah memohon ijin dan mengkomunikasikan langsung kepada beliau dengan tanggapan yang sangat mengharu biru perasaan :

M Irawati Soemadi
13:39

Mas tara… aku baru ngeh baca tulisanku yg mas tara gabung… sayaaaaa nangiiis.. ampuni aku Tuhan.. siapa aku yg diberi kesempatan lihat dan jadi saksi ditengah negeri cintaku Indonesia..
Mas tara.. sy manusia sama dgn kalian.. intinya sy ikut kemarin saja itu kesempatan yg indah diantara 7 juta 4 ratus ribu saudaraku sebangsa..

Nangis bombay saya ini.. mas tara..

Bersyukur pula tulisan sy bisa mas tara buat jadi lain… please.. ILoveNKRI.

M Irawati Soemadi
13:44

Sy nangis bener mas… ampun dah.. itu hati sy jadi lumer..kita digiring alam dg rasa yg sama untuk NKRI.. OMG.. God bless u mas tara..😭😥😪

M Irawati Soemadi
13:48

Sy manusia hanya bisa lakukan bagian sy dan begitu pula mas tara dg bagian yg Allah berikan.. terima kasih mas tara.. speechless banget saya … nangis terus jadinya baca ulang ulang rangkuman mas tara..

_______________

untuk mBak Linda M Irawati Soemadi, saya muslim.. dalam konteks “Lakum Diinukum wa Liya Diin”, mBak Linda tetaplah saudaraku.. kita hidup damai dalam bingkai NKRI ! saya terharu dengan kesaksian pernyataan mBak Linda, semoga Allah Yang Maha Kuasa memberlimpahi mBak Linda dengan umur panjang dalam kesehatan prima untuk menjadi teladan bagi kami dalam hidup berbangsa dan bernegara, aamiiin.

quote :

saya terkenang kembali pelajaran dari guru saya, ttg tafsir Surat al An’am [6] ayat 108 —> “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.”

Mengenai sholat Jum’at di tempat aksi 212 terjadi perdebatan yang ujung-ujungnya adalah saling ejek dan bully-membully di dunia maya. Para ulama yang melakukan aksi itu punya dasar ilmu yang bahkan mungkin tak dimiliki oleh orang-orang yang mengejeknya. Pun ulama yang tidak sependapat, mereka punya dasar argumen dari ilmu yang mereka yakini, yang bisa jadi tak dimiliki oleh orang-orang yang menghujatnya lantaran tak sepaham. Aneh ketika orang saling ejek sementara apalah mereka dibanding para ulama yang mereka hujat.

Tulisan ini juga menarik untuk dibaca:

DAHSYATNYA ENERGI AL-MAIDAH:51

Oleh : KH Ahmad Musta’in Syafi’ie
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur

Sekian lama kiai toleransi sengaja “menyembunyikan-mu”, wahai al-Maidah:51. Ternyata Pemilikmu tersinggung. Lalu, dengan cara-Nya sendiri Dia bertindak. Cukup lidah Ahok diplesetkan dan NKRI tersentak menggelegar, menggelepar.

Kita petik hikmahnya :

1. Aksi 411 and 212 adalah bukti bahwa Allah SWT itu ada dan kehendakNya tidak bisa dibendung oleh siapapun. Pemerintah terpaksa harus mengalah, padahal sebelumnya Jokowi sudah pamer militer. Kini aksi diarahkan menjadi doa. Ternyata malah punya daya tarik yg luar biasa. Seluruh negeri menyambut dengan nama berbeda, aksi Nusantara Bersatu, istighatsah militer dll.
Negara juga terpaksa mengeluarkan dana sangt besar untuk menfasilitasi aksi 212. Aparat di jalanan terpaksa harus menyesuaikan diri dengan menggunakan simbol-simbol islam. Polisi pakai surban putih, membuat tim khusus bernama ASMAUL HUSNA, polwan serentak berjilbab, Habib papan atas memimpin istighatsah pakai ikat merah-putih melilit kepala. Lucu (?). Mungkin Tuhan sedang menjewer telinga kita, agar slalu “putih” dlm mengemban amanat.

2. Mestinya penguasa dan para cukong sadar, bahwa negeri ini lebih didirikan oleh teriak “Allah Akbar” ketimbang “Haliluya”. Umat Islam yang selama ini diam, kini sebagian kecil berani menunjukkan jati dirinya secara alamiah dan sangat militan. Inilah yg disebut “silent majority”. Maka jangan coba-coba mengusik “air tenang” jika tidak ingin hanyut.

3. Aksi ini sungguh peringatan, bahwa : tasamuh, tawazun, tawassut yang dislogankan NU itu perlu ditinjau kembali. Bukan pada konsepnya, tapi praktiknya. Di samping ada batasan, wajib apa pengawalan yg tegas dan bijak. Sadarlah, betapa kaum Nahdliyin diam-diam mengapresiasi aksi ini secara suka rela. Artinya, mereka sudah mulai tidak sudi dan meninggalkan gaya PBNU yg tk jelas. Sok toleransi, tapi tak ada aksi. Berdalih” RAHMATAN LIL ‘ALAMIN” tapi sejatinya “ADL’AFUL IMAN”.
Dialah Rasulullah SAW, saat pribadinya disakiti, memaaf. Jika agama dinista, beliau marah besar. Beberapa suku dan pribadi dikutuk dan dilaknat. Mukmin beneran itu tegas-keras kepada kafir, berkasih sayang sesama mukmin, ” asyidda’ ‘ala al-kuffar, ruhama’ bainahum” (Al-Fath:29). Tapi sebagian oknum PBNU, kiai toleransi, kiai seni sekarang cenderung sebaliknya, “asyidda’ ‘ala al-mukminin, ruhama’ bain al-kuffar”. (?)

4. Gus Mus yang membid’ahkan shalat jum’ah di jalan raya dan kiai Sa’id yang menghukumi tidak sah sekarang diam soal shalat Jum’ah di Silang Monas. Wonten punopo kiai?. Begitulah bila fatwa beraroma dan tendensius, hanya melihat illat hukum secara pendek dan sesaat. Terlalu naif menggunakan ikhtifah fiqih utk kepentingan politik.

Benar, jika itu mengganggu lalu lintas. Tapi hanya sebentar dan hanya pengguna jalan yg ketepatan lewat. Setelahnya, ada maslahah sangat besar bagi umat islam pada umumnya. Maslahah inilah yang tidak beliau lihat. Lagian, tradisi kita sudah biasa menutup jalan untuk majlis dzikir, istighatsah, termasuk haul Gus Dur di pesantren Tebuireng.

Gus Mus pernah mencak-mencak saat amaliah kaum Nahdliyin dibid’ahkan, tapi sekarang ganti membid’ahkan sesama muslim, “bid’ah besar”. Ternyata, amunisi bid’ah yg ditembakkan Gus Mus ini lbh besar dibanding bid’ah yg ditembakkan nonnahdliyin.

Sekedar membaca sejarah, bahwa zaman Umar ibn al-Khattab, tentara islam shalat jum’ah di jalan sebelum menaklukkan negeri futuhat. Sultan Muhammad al-Fatih shalat jum’ah di sepanjang pantai Marmara sebelum menjebol benteng Konstatinopel. Inilah awal khilafah Utsmniyah berdiri. Sekali lagi, orang ‘alim mesti melihat sisi maslahah jauh ke depan ketimbang illat “bid’ah” sesaat.

Mengagumkan, fatwa dan puisi Gus Mus begitu manusiawi, tawadlu’, filosufis dan sufistik sehingga mengesankan derajat beliau telah mencapai hakekat keagamaan. Tiba-tiba tega merendahkan ilmu kiai-kiai MUI dengan mengatakan ilmu Syafi’i Ma’arif lebih tinggi. Sungguh membuat penulis tercengang. Ya. karena pernah kuliah di Jogya dan sedikit tahu.

Merendahkan ilmu kiai-kiai MUI sama saja dg merendahkan ilmu ketua Syuriah NU, KH. Ma’ruf Amin. Begitu cerdiknya Gus Mus, “sekali dayung dua kepala kena pentung”. Penulis membatin, ” kok bisa, sekelas ketua Syuriah NU tega merendahkan sesama ketua Syuriah. Ini fenomena apa?”. Hadana Allah. Terpujilah kiai Makruf tidak meladeni. Meski demikian, akan lebih elegan bila kiai Ma’ruf Amin tidak merangkap jabatan. Mohon maaf kiai.

 

Salah satu pesan di WA ini bisa memberi gambaran bahwa shalat Jumat  yang dilakukan peserta aksi 212 punya dasar.

img_20161202_2004301

Sholat Jumat itu menjadi sejarah besar bagi umat Islam di dunia, hanya pernah terjadi pada jaman kejayaan Al-Fatih.

212-14-ari-wahyu-bintari

Baik pasukan Al-Fatih maupun mujahidin 212 membuat saya bergetar. Ketika saya membaca buku Al-Fatih saya kagum, betapa keimanan bisa menyatukan pasukan Al-Fatih menaklukan Konstatinopel, tak peduli segala rintangan yang mereka hadapi, bahkan memindahkan kapal sekalipun. Kalau bukan karena keimanan, tak ada ketangguhan pasukan luar biasa itu. Perisitwa itu sejarah kebesaran umat Islam di masa lalu. Tak mengira, saya mendapati lagi kisah besar itu sekarang. Bukan hanya kisah fiksi ataupun sejarah di masa lalu. Tapi kita saksikan lagi di negeri saya. Kekuatan iman yang luar biasa.

212-13

Bagaimana cara menyatukan umat Islam jutaan? Bisa! Nyatanya, tak hanya Sultan Al-Fatih yang bisa mengorganisir jutaan manusia.  Dengan perencanaan dan strategi jitu, umat Islam di Indonesia pun teroganisir rapi tanpa cela. Subhanallah. Allah yang menggerakkan kecerdasan pemimpin yang merencakan aksi dengan detil dan rapi.

img_20161202_2013181

212-2

Ini bukan hanya soal aksi sholat Jumat berjamaah. Ini adalah aksi solidaritas dan ukhuwah. Lihat saja, para pedagang yang menggratiskan dagangannya untuk para mujahid. Begitu pula, di bidang lain yang turut aksi ini.

212-1

212-15

Nah, ini foto-foto luar biasa yang saya ambil dari berbagai sumber. Karena beredar viral di Facebook, saya tak bisa menyebutkan sumbernya satu persatu. Mohon maaf untuk para pengunggah pertama yang tidak saya sebut sumbernya.

212-16

mujahid Ciamis yang disambut oleh para pendukung aksi

212-5

karpet hijau yang masih kosong untuk para mujahid dari Ciamis

212-6

212-7

212-8

212-9

212-10

fb_img_14808199171471

212-11

aksi super damai super bersih

212-rumput

img-20161203-wa00051

Presiden Jokowi, tentu saja ikut. Membanggakan, ehhhhmmmm. Foto-foto presiden berpayung pun beredar viral di medsos.

212-3

212-4

Ada tulisan yang bagi saya mewakili segala caption foto-foto presiden itu. Tulisan Pak Akmal Nasery Basral ini menarik bagi saya.

NAH, BEGITU DONG PAK PRESIDEN.

Jangan mau lagi setelah ini dihalang-halangi oleh siapa pun untuk berbaur dengan rakyat ya, Pak. Aman damai ‘kan suasananya?

Dan jangan mau lagi juga setelah ini dipuji berlebihan seakan-akan dengan kedatangan itu Bapak menjadi “bintang” menjadi “pahlawan”. Namanya juga Presiden, “Ayah” bagi semua kelompok, seluruh kalangan. Kalau ada salah satu “anak” yang sedang ada acara, kehadiran seorang “Ayah” tentu sebuah kewajaran saja ‘kan?

Sebab jika Bapak dikelilingi paranoid yang selalu berusaha memisahkan Bapak dengan rakyat, atau dikelilingi para penjilat yang selalu melihat setiap acara hanya dari ukuran kompetisi tentang siapa yang menjadi “bintang”, nanti Bapak sendiri yang kehilangan kesempatan menikmati momen istimewa seperti ini.

Stay sane and stay cool ya Pak Presiden. Hindari dua jenis manusia di sekeliling Bapak: para paranoid yang kerjanya hanya menjauhkan hati, dan para penjilat yang keinginan mereka agar Bapak menyombongkan diri.

Oiya, di Magelang, kota tempat tinggal saya, ada juga kok aksi 212. Luar biasa!

dari FB Wahyu Jatmiko

2 pemikiran pada “Kliping Aksi Bela Islam 212

Tinggalkan komentar